Gitu Aja Kok Repot
Posted October 4, 2007
on:- In: Iseng
- 6 Comments
Gonjang-ganjing dua negara serumpun ngeributin mana yang lebih berhak atas lagu Rasa Sayange, yang saat ini digunakan oleh situs pariwisata Malaysia. Perang kata-kata di internet mewarnai ketegangan yang mulai ramai beberapa hari/minggu ini. Terlepas dari kesewotan masyarakat kita, kita memang perlu melihat kesungguhan masyarakat [baca: penguasa] untuk melestarikan, mempertahankan, mematenkan dlsb yang terkait dengan warisan leluhur dan aset bangsa ini.
Memang sulit juga untuk mempersoalkan hal ini. Jangankan klaim bahwa itu asli milik kita, nah Maluku dan Menado sendiri mengkalim bahwa lagu tsb adalah milik mereka. Apatah lagi pengarangnya tidak diketahui alias NN, seperti yang dikatakan Enteng Tanamal. Meskipun Andre Hehanusa mengatakan bahwa lagu Rasa Sayange diciptakan oleh Katje Hehanusa pada tahun 1940.
Malaysia melalui Dubesnya untuk Indonesia, Dato Zainal Abidin Zain mengatakan bahwa pihaknya tidak mengkalim itu sebagai lagu Malaysia, melainkan lagu Nuantara, lagu rakyat yang sudah dinyanyikan sejak lama.Bahkan sebelum Indonesia dan Malaysia merdeka. Di beberapa negara Melayu seperti Malaysia, Brunai dan Singapura lagu tersebut pun dinyanyikan oleh rakyat.
Belajar dari berbagai kejadian, mestinya kita [baca: pemerintah] melalui departemen terkait proaktif menjaga khazanah bangsa. Cukuplah Tempe yang dipatenkan Thailand, Batik dan Wayang yang dipatenkan Malaysia, Sipadan dan Ligitan yang diakuisisi Malaysia dlsb. Jadi gak perlu marah ke orang lain padahal kita sendiri tidak serius menjaganya.
Banyak hal esensial yang perlu diributkan dan dicarikan solusinya dari sekedar lagu Rasa Sayang yang belum jelas siapa penciptanya.
6 Responses to "Gitu Aja Kok Repot"
Kalau aku bilang sih untuk kasus ini kita “berlebihan” menanggapinya. Beberapa penulusuran yang dilakukan teman-teman blogger lain menunjukkan memang lagu ini pengarangnya “anonim” selalu dinyanyikan turun temurun (dari buyut ke nenek terus ke anak dan ke cucu, begitu seterusnya) sehingga untuk “mengklaim itu punya Indonesia juga tiada berdasar. Dan ini berlaku juga seharusnya buat Malaysia.
Seharusnya kalau kita “sedikit” ngotot, bisa jadi lagu itu tidak dipatenkan untuk Malaysia. Ah, tapi tentu saja sebagai “leader” Om SBY kan harus melihat porsi permasalahannya. Mana yang lebih penting? Mempertahankan lagu atau menyuplai makanan ke orang2 yg terkena musibah? Membawa hal ini ke panggung hukum Internasional atau concern mengurusi pendidikan dan mereduce tingkat pengangguran?
Wah, pribadi saya berkecenderungan biarlah dilepas dan kedepannya seperti yang Pak Lukman tulis di atas, ini sebenernya tanggung jawab kita.
Hmm.. oke pagi-pagi sudah ngelantur deh. Eniwe, baru tau ternyata pak Lukman ngeblog juga. Salam saya buat teman-teman di Siantar. Happy blogging eperibadih, hell yeah.. 😀
Wah, sorry banget pak ^_^
“Salam buat teman-teman di Lhokseumawe”
Fixed-
Nyleeppp..ini blognya pak lukman penguasa grapari lhokseumawe itu ya?
hemm..hemm..ternyata oh ternyata..
hehehe…saluutt (since 2001)
salam buat temen2 di lhokseumawi ya pak,
Nice entry pak,hiduuppp blogger
dari tanjung balai asahan.
to abie: ente buat malu aja bie,masa tetangga gak kenal.
cubit aja pipinya pak,hahaha…
1 | warno_e02UP-jakarta
October 6, 2007 at 4:53 am
kalo berharap pemerintah akan bertindak lebih jauh keliatannya susah mas….soalnya mereka sibuk mikirin THR biar keluarganya bisa lebaran.
menurut saya yach mas…..pemakaian lagu rasa sayange untuk promosi wisata malaysia adalah sebuah trik promosi malaysia untuk membentuk opini publik dunia dengan melibatkan bangsa indonesia. soalnya mereka tahu kalo kita ntu gampang dibuat marah…pas ramai didebatkan oleh indonesia dan malaysia secara otomatis, publik dunia akan penasaran dengan lagu rasa sayange versi malaysia, minimal kita harus buka situs dinas wisata mereka. iya tidak mas…??
.pandangan saya soal masalah ini dilihat dari sisi trik picik malaysia bisa di baca lengkap di blog saya. http://www.blogwarno.blogspot.com
btw:
mas saya juga comment di post soal arti nama warno
thanks.